Sabtu, 26 Maret 2011

masih perlukah IPB mengumumkan merk susu tercemar E.sakazakii ?

Sikap IPB untuk tidak mengumumkan merk susu formula yang tercemar E.sakazakii bukan merupakan suatu tindakan tanpa alasan. Secara kode etik penelitian, hal tersebut memang tidak bisa dilakukan. Pasalnya dalam etika penelitian, penelitian itu sudah lama dan sudah ada penelitian lanjutan pada 2008, yang menyimpulkan tidak ada lagi bakteri E sakazakii.

Saya setuju dengan sikap IPB untuk tidak mengumumkan merk susu formula yang tercemar E.sakazaki. Hal ini didasari oleh kode etik internasional bahwa merek produk yang menjadi objek penelitian tidak disebutkan. Kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan pada penyelenggara pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dilindungi hukum sebagaimana tercantum dalam Pasal 24 UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan jika 5 merk susu formula tersebut dumumkan, seperti menimbulkan kekacauan dan/atau mengancam keamanan negara, menimbulkan keresahan sosial, mengganggu kinerja instansi, terkait perjanjian kerja sama dengan pihak lain tentang kerahasiaan hasil penelitian dan perlindungan HaKI.

Pertimbangan lain yang tak kalah penting jika diumumkan 5 sample produk susu formula akan berimbas kepada produsen susu formula lainnya, yaitu akan ada kesan ketidakadilan di antara produsen susu formula, karena 91 sample lainnya juga belum tentu bebas dari bakteri jenis ini. Namun, hasil penelitian tersebut telah langsung disampaikan kepada produsen susu formula terkait sebagai evaluasi terhadap produknya yang beredar di masyarakat. Hal tersebut terbukti, sesuai dengan pernyataan Rektor bahwa setelah dilakukan surveillance di masyarakat pada tahun 2008, hasilnya adalah 96 produk susu formula telah bebas dari bakteri E. sakazakii. Seharusnya masyarakat tidak perlu resah terhadap pemberitaan tersebut.
Sejalan dengan hal tersebut, pada tahun 2009 hingga kini pihak BPOM pun telah telah meneliti 117 jenis susu di pasaran Indonesia yang kesemuanya aman dari E sakazakii. Artinya, produsen yang produknya tercemar periode 2003-2006 tidak bisa dituntut secara hukum karena belum ada regulasinya. Apabila IPB terpaksa mengumumkan merek susu dengan cemaran E sakazakii berdasar hasil penelitian Estu, hal tersebut akan menyalahi prinsip keadilan dalam penelitian karena sampel yang digunakan belum mencakup seluruh sampel yang beredar di pasaran.

kalaupun IPB mengumumkan merk-merk susu berformula tersebut, lagi- lagi harus memperhatikan etika rahasia penelitian. Etika rahasia peneltian itu yakni, adanya hal-hal mendesak untuk diumumkan semisal ada bahaya kesehatan, atau kematian.
Mengenai besaran masalah, bakteri Enterobacter Sakazakii ini bukan hal yang emergency. Buktinya, badan kesehatan dunia (WHO) belum mengharuskan negara-negara anggota WHO melakukan pemeriksaan rutin terhadap bakteri ini.

Menanggapi berita yang beredar saat ini, sejauh ini IPB masih mengikuti prosedur hukum. Walaupun, hasilnya sering kali sulit untuk memihak IPB. Seharusnya hal ini diatur dengan payung hukum yang jelas tentang sistem hukum di negara ini yang masih belum lengkap dalam mengkaji etika akademik atau etika penelitian.

Enterobacter sakazakii

Nama bakteri Enterobacter sakazakii (E. Sakazaki) akhir –akhir ini memang sedang santer terdengar dimasyarakat. Mengapa demikian? Keberadaannya dalam susu formula membuat banyak orang tua panik. Tidak diumumkannya susu formula yang mengandung E. Sakazakii membuat orang tua semakin resah.

Sebenarnya apa sih Enterobacter sakazakii itu hingga mampu menghebohkan dan meresahkan masyarakat? Berbhaya kah? Jika berbahaya , sejauh mana bahayanya bagi kesehatan ? bagaimana susu formula bisa terkontaminasi bakteri tersebut? Bagaiman cara untuk mengantisipasinya? Adakah cara memusnahkan bakteri tersebut? Seharusnya masyarakat mengetahui terlebih dahulu mengenai hal tersebut agar tidak terlalu resah.

Pada tahun 1980, bakteri ini ditetapkan dalam genus Enterobacter sebagai suatu spesies baru yang diberi nama Enterobacter sakazakii untuk menghargai seorang bakteriolog Jepang bernama Riichi Sakazakii. Bakteri ini berbentuk kokoid dan memiliki pigmen berwarna kuning.

Enterobacter sakazakii atau Cronobacter sakazakii adalah suatu bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit. Namun hingga saat ini tidak banyak diketahui tentang virulensi dan daya patogeniotas bakteri berbahaya ini. Dengan menggunakan kultur jaringan , diketahui efek enterotoksin dan strain bakteri tersebut. Hasilnya didapat terdapat dua strain, yang satu dapat menyebabkan kematian, yang satunya lagi bakteri non-patogenik atau tidak berbahaya. inilah yang mungkin dapat menjelaskan mengapa banyak susu formula yang terkontaminasi tetapi belum banyak dilaporkan terjadi korban terinfeksi.

Disisi lain laporan mengenai bahaya E. sakazakii menunjukkan bakteri ini mampu menyebabkan radang selaput otak dan radang usus pada bayi. Selain itu E. sakazakii juga menjadi penyebab berbagai macam infeksi termasuk bakteremia, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih, infeksi dalam perut, radang jantung, radang sendi, osteomyelitis, dan infeksi mata.
Angka kematian akibat infeksi E. sakazakii mencapai 40-80%. Sebanyak 50% pasien yang dilaporkan menderita infeksi E. sakazakii meninggal dalam waktu satu minggu setelah diagnosa.

Menurut para ahli, E. sakazakii ada dimana-mana, termasuk di udara. Karena itu sumber pencemarannya pun bisa dari mana-mana. Enterobacter sakazakii dapat ditemukan di beberapa lingkungan industri makanan, lingkungan berair,dan sedimen tanah yang lembab. Dalam beberapa bahan makanan yang berpotensi terkontaminasi E. sakazakii misalnya susu formula. Selain pada susu formula, E. sakazakii banyak ditemui dalam berbagai produk olahan pangan lain, seperti keju atau roti fermentasi. E. sakazakii juga dapat ditemukan didalam pencernaaan manusia dan hewan.

Tercemarnya susu oleh bakteri E.sakazaki dimulai ketika susu diperah melalui puting sapi. Lubang puting sapi yang kecil memungkinkan bakteri tumbuh di sekitarnya dan terbawa ketika susu diperah. Manusia yang berada dalam proses memerah dan pengolahan susu juga bisa menjadi penyebab timbulnya bakteri dalam susu. Oleh karena itu tangan dan seluruh anggota tubuh yang lain harus steril. Bahkan hembusan napas manusia ketika memerah dan mengolah susu bisa menjadi sumber adanya bakteri.

Seiring dengan perkembangan zaman teknologi pun semakin canggih menciptakan mesin pemerah susu. Mesin ini mampu meminimalisir pencemaran susu karena tidak mengalami kontak langsung dengan udara. Namun peralatan pemerah dan tempat penyimpanan susu yang tidak steril juga memungkinlan terjadinya pencemaran pada susu. Susu memerlukan penyimpanan dalam temperatur rendah agar tidak terjadi kontaminasi bakteri. Udara yang terdapat dalam lingkungan di sekitar tempat pengolahan merupakan media yang dapat membawa bakteri untuk mencemari susu. Sehingga pengolahan susu sangat dianjurkan dalam ruangan tertutup.
Susu dapat menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri karena di dalamnya terdapat komponen biokimia yang juga diperlukan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang.

Dari berbagai penelitian dan pengalaman di beberapa negara tersebut sebenarnya Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), United States Food and Drug Administration (USFDA) dan beberapa negara maju lainnya telah menetapkan bahwa susu bubuk formula bayi bukanlah produk komersial yang steril.

Untuk mengantisipasinya kita bisa menggunakan susu formula cair siap saji sebagai pengganti susu formula bubuk. Susu formula ini dianggap sebagai produk komersial steril karena dengan proses pemanasan yang cukup. Sayangnya di Indonesia produk susu tersebut belum banyak dan relatif mahal harganya. Hal lain yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi bakteri E.sakazakii dalam susu formula adalah dengan memperhatikan cara penyajian yang baik dan benar sesuai intruksi dalam kaleng atau petunjuk umum, seperti meminimalkan hang time atau waktu kontak antar susu dan udara kamar hingga saat pemberian.

Bakteri E.sakazakii dapat mati pada suhu 70 derajat celsius. Untuk itulah diperlukan pemanasan yang cukup untuk menghindari kontaminasi bakteri tersebut. Seperti memanaskan botol susu sebelum digunakan.

Dalam hal ini ASI menjadi pilihan utama untuk menghindari bakteri E.sakazakii. Selain karena ASI mengandung anti bakteri, ASI juga dapat mendekatkan hubungan ibu dengan bayi. sebaiknya ASI pun diminum dari sumbernya langsung untuk menghindari kontak dengan udara. ASI adalah susu terbaik, bukan saja karena kandungannya tetapi juga karena kemasannya yang super steril. Oleh karena itu berikanlah ASI ekslusif pada bayi anda selama 6 bulan, untuk menghindari bahya bakteri E.sakazakii yang ada dalam susu formula.